BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada era global dan otonomi daerah
sekarang ini semua bidang, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk juga
pendidikan dituntut untuk menigkatkan profesionalisme, mengingat tingkat
persaingan antar negara dan antar daerah semakin kompetetif.
Pada sektor pendidikan, setiap penyelenggara pendidikan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya sehingga dapat mewujudkan manusia terdidik (educated human beings) yang mempunyai life skills yang berkualitas tinggi. Membentuk manusia yang terdidik bukanlah suatu hal mudah. Di sinilah diperlukannya kesinergian dari fungsi-fungsi manajemen yang ditata secara kreatif dan profesional.
Pada sektor pendidikan, setiap penyelenggara pendidikan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya sehingga dapat mewujudkan manusia terdidik (educated human beings) yang mempunyai life skills yang berkualitas tinggi. Membentuk manusia yang terdidik bukanlah suatu hal mudah. Di sinilah diperlukannya kesinergian dari fungsi-fungsi manajemen yang ditata secara kreatif dan profesional.
B.
Identifikasi
Masalah
1. Menjelaskan
tentang pengertian MMTP
2. Menjelaskan
tentang prinsif dan komponen MMTP
3. Menjelaskan
tentang langkah-langkah MMTP
4. Menjelaskan
tentang hambatan penerapan MMTP
5. Menjelaskan
tentang faktor sukses MMTP
6. Menjelaskan
tentang asesmen penerapan MMTP
C.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian MMTP ?
2. Apa
prinsif dan komponen MMTP ?
3. Bagaimana
langkah-langkah MMTP ?
4. Apa
saja hambatan penerapan MMTP ?
5. Apa
saja faktor sukses MMTP ? .
6. Bagaimana
asesmen penerapan MMTP ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
MMTP
Manajemen
berasal dari kata “ to manage “ yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan
melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu,
jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang
diinginkan.
Manajemen Mutu Terpadu ( Total
Quality Management) dalam kontek pendidikan merupakan sebuah filosofi
metodologi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan
seperangkat alat praktis kepada setiap institutsi pendidikan dalam memenuhi
kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan, saat ini maupun masa yang
akan datang. Sedangkan
Santoso menyampaikan bahwa MMTP merupakan suatu sistem manajemen yang mengangkat kualitas
sebagai strategi usaha yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi. MMTP merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi
melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja,
proses, dan lingkungan.
Pada hakekatnya
tujuan institusi pendidikan adalah untuk menciptakan dan mempertahankan
kepuasan para pelanggan dan dalam MMTP kepuasan pelanggan ditentukan oleh manajemen lembaga
pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan memahmi proses dan kepuasan pelanggan
maka organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha /
manajemen dalam MMTP harus
diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan
manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.
B.
Prinsip
Dan Komponen MMTP
1.
Prinsip
MMTP
Menurut Hensler dan Brunell (dalam Sceuing dan Christopher,
1993) ada empat prinsip utama dalam Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, yaitu:
a.
Kepuasan pelanggan
Meskipun secara material semua
lembaga pendidikan seharusnya merupakan suatu bentuk organisasi nonprofit,
tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa lambat laun pendidikan merupakan aktifitas
yang juga berfungsi untuk memberikan pelayanan jasa. Sekolah harus memberikan
pelayanan jasa sebaik-baiknya kepada pelanggannya. Pelanggan sekolah meliputi
pelanggan internal dan eksternal. Yang termasuk pelanggan internal adalah
siswa, guru, dan staf tata usaha. Sedangkan pelanggan eksternal yaitu orang tua
siswa, pemerintah, dan masyarakat termasuk komite sekolah. Dalam arti lain,
sekolah mempunyai pelanggan primer yakni siswa, pelanggan sekunder yang
meliputi orang tua siswa, pendidik, dan pegawai administrasi, serta pelanggan
tersier yaitu mereka yang akan memanfaatkan para lulusan atau produk lembaga
pendidikan.
b.
Respek terhadap setiap orang
Dalam sekolah yang bermutu kelas dunia, setiap orang di
sekolah dipandang memiliki potensi. Oleh Karena itu, setiap orang diperlakukan
dengan baik dan diberikan kesempatan untuk berprestasi, berkarier, dan
berprestasi dalam pengambilan keputusan.
c.
Manajemen berdasarkan fakta
Keputusan selalu berdasarkan fakta, bukan perasaan semata.
Ada dua konsep yang berkaitan dengan hal ini: (1) prioritatisasi, yakni suatu
konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat
bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. (2) variasi atau
variabilitas kinerja manusia.
d.
Perbaikan terus-menerus
Setiap sekolah perlu melakukan proses sistematis dalam
melaksanakan perbaikan berkesinambungan.
2.
Komponen
MMTP
Adapun
Komponen-komponen MMTP menurut Goetsch & Davis, 1994 meliputi 10 unsur
utama yaitu :
a.
Fokus
pada kepuasan pelanggan
Dalam MMTP, baik pelanggan internal maupun
eksternal merupakan pelanggan eksternal menentukan mutu lulusan, sedangkan
pelanggan internal menentukan mutu, proses, dan lingkungan yang berhubungan
dengan lulusan.
b.
Obsesi
terhadap mutu
Dalam organisasi yang menerapkan MMTP,
pelanggan menentukan mutu. Dengan mutu tersebut, organisasi harus terobsesi
untuk memenuhi yang diinginkan pelanggan yang berarta bahwa semua karyawan
berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya. Apabila suatu organisasi
terobsesi dengan mutu maka berlaku prinsip good enough is never good enough.
c.
Pendekatan
Ilmiah
Pendekatan ini sangat diperlukan terutama
untuk mendisain pekerjaan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikan
data lapanan sangat diperlukan dalam menyusun patok duga, memnatau prestasi,
dan melaksanakn pebaikan.
d.
Komitmen
jangka panjang
MMTP merupakan paradigma baru, untuk itu
dibutuhkan budaya sekolah yang baru pula. Komitmen jangka panjang sangat
dierlukan guna mengembangkan perubahan budaya agar penerapan MMTP dapat
berjalan dengan baik.
e.
Kerja
sama tim (teamwork)
Dalam organisasi yang dikelola secara
tradisional sering tercipta persaingan antar guru. Akan tetapi, persaingan
internal ini cendrung hanya menghabiskan energi saja, yang pada gilirannya
tidak meningkatkan daya saing eksternal. Sebaliknya, organisasi MMTP menerapkan
kerja sama tim, kemitraan dijaga dan dibina, baik antar warga sekolah maupun
luar sekolah.
f.
Perbaikan
sistem secara terus menerus
Setiap produk memanfaatka proses tertentu
dalam suatu system sehingga system yang ada perlu diperbaiki secara
terus-menerus agar mutu dapat meningkat.
g.
Pendidikan
dan pelatihan
Dewasa ini banyak sekolah yang menutupa
mata akan arti pentingnya pendidikan dan pelatihan. Mereka beranggapan bahwa
sekolah bukanlah perusaan sehingga sekolah yang demikian ini hanya memberikan
pelatihan sekedarnya untuk memnuhi persyaratan formal atau perintah
atasannyansedangkan sekolah yang menerapkan MMTP, pendidikan da pelatihan
merupakan faktornyan mendasar, dengan pendidikan dan pelatihan setiap guru dan
staf tata usaha akan meningkatkan keterampilan teknisnya. Esensi dari diklat
bagi guru adalah untuk menigkatkan keterampilan dan profesionalismenya.
h.
Kebebasan
yang terkendali
Keterlibatan dan pengawasan guru dn staf
tata usaha dalam pengambilan keputusan pemecahan masalah sangat penting karena
dapat menigkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keputusan yang
dibuat serta dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan.
Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena kerlibatan dan pemberdayaan
tesebut merupakan hasil pengendalian yang terencana. Pengendalian dilakukan
terhadap metode pelaksanaan setiap proses, dalam hal ini karyawan yang
melakukan standarisasi prosos dan mereka pula yang berusaha mencari cara untuk
meyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti prosedur tersebut.
i.
Kesatuan tujuan
Agar MMTP dapat diterapkan dengan baik maka
sekolah harus memiliki kesatuan tujuan yang jelas. Dengan demikian, setiap
usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini
tidak berarti harus selalu ada persetujuan antara pihak sekolah dengan uru dan
staf tata usaha mengenai upah dan kondisi kerja.
j.
Adanya
keterlibatan dan pemberdayaan guru dan staf tata usaha.
Keterlibatan guru dan staf tata usaha
merupakan hal yang penting dala penerapan MMTP. Usaha dalam melibatkan mereka
mempunyai manfaat:
1. Dapat
menghasilkan keputusan yang baik dan perbaikan yang lebih efektif karena
mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak yang langsung brhubungan dengan
situasi kerja
2. Meningkatkan
“rasa memiliki” dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang yang
harus melaksanaka.
Komponen-komponen dasar MMTP menurut
Sashkin & Kiser (1993:24) antara lain: 1) perhitungan (counting), 2) pelanggan,
3) kultur. Perhitungan artinya menggunakan salah satu dari tujuan alat seperti
yang telah diuraikan terdahulu.
C.
Langkah-Langkah
MMTP
Goetsch dan Davis (1997:584-589) memberikan
klasifikasi fase implementasi yang lebih rinci dan sistematis. Fase
implementasi MMTP dikelompokkan menjadi tiga fase yaitu :
1. Fase Persiapan
Langkah A:
Membentuk Total Quality Steering Committee
Langkah B: Membentuk
Tim
Langkah C: Pelatihan MMTP
Langkah D: Menyusun Pernyataan Visi dan Prinsip sebagai Pedoman
Langkah E:
Menyusun tujuan umum
Langkah F:
Komunikasi dan Publikasi
Langkah G:
Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
Langkah H:
Identifikasi Pendukung dan Penolak
Langkah I:
Memperkirakan Sikap Karyawan
Langkah J: Mengukur Kepuasan Pelanggan
2. Fase Perencanaan
Langkah K:
Merencanakan pendekatan Impelementasi, kemudian menggunakan siklus PDCA (Plan,
Do, Check and Adjust)
Langkah L: Identifikasi Proyek
Langkah M: komposisi Tim
Langkah N: Pelatihan Tim
3. Fase Pelaksanaan
Langkah P:
Penggiatan Tim
Langkah Q: Umpan Balik kepada Steering Committee
Langkah R:
Umpan Balik dari Pelanggan
Langkah S: Umpan
Balik dari karyawan
Langkah T:
Memodifikasi Infrastruktur
Keberhasilan
implementasi MMTP sangat dipengaruhi oleh fasilitas pendukungnya yaitu
infrastruktur organisasi. Infrastruktur organisasi tersebut meliputi berikut
ini:
§ Hubungan
jangka panjang dengan pelanggan
§ Dukungan
manajemen puncak
§ Manajemen
tenaga kerja
§ Hubungan
jangka panjang dengan pemasok.
§ Sikap kerja
pekerja
D.
Hambatan
Penerapan MMTP
Tjiptono & Diana (1995)
memberikan masalah-masalah yang menyebabkan MMTP tidak dapat diterapkan, yaitu
karena usaha dilakaukan setengah hati dan kesalahan lainnya, meliputi:
1. Delegasi
dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior
2. Tim
mania
3. Proses
penyebarluasan
4. Pendekatan
yang terbatas (sempit) dan dogmatis
5. Harapan
yang terlalu berlebihan (tidak realistis), dan pemberdayaan karyawan yang
bersifat prematur.
Pendapat ini senada
seperti yang diungkapkan Salazar (1994) yang menyatakan bahwa
kegagalan MMTP antara lain
disebabkan:
1. Pihak
manajemen ingin seketika sukses dengan MMTP
2. Hanya
dengan belajar dan berlatih singkat dianggap pasti akan berhasil menerapkan
MMTP.
Banyak hambatan dalam MMTP misalnya merasa
cemas dengan ketidak pastian menerapkan sesuatu yang masih baru. Guru dan staf
tidak berbuat yang terbaik karena mereka tidak dilibatkan dan
pendapt-pendapatnya tidak didengar.
E.
Faktor
Sukses MMTP
Dalam menerpakan MMTP digunakan
delta untuk meningkatkan kualitas. sejalan dengan hal tersebut Dale (1994)
memberikan perkembangan alat yang dimulai dari peningkatan kualitas kelompok, qmap, tujuh alat QC baru,
desain eksperimen, lingkaran kualitas,
penyebaran fungsi kualitas, & tujuh alat QC.
Meskipun
sudah terdapat 7 alat MMTP, namun Sashkin dan Kiser (1995) menambahkan teknik
baru lainnya untuk meningkatkan kualitas yang disebut Total Production
Maintenance (TPM). Di Jepang TPM ini disebut 5S atau R-5, yaitu Seiri (resik),
seiton (rapi), Seiso (rawat), Seiketsu (ringkas), Shitsuke (rajin).
Creech
(1994) menyarankan agar memperkuat lima pilar yang menunjang MMTP. Kelima pilar
tersebut adalah produk, proses, organisasi, kepemimpinan, dan komitmen.
Produk barang atau jasa merupakan mata rantai
pencaharaian suatu organisasi. Produk yang berkualitas tidak akan tercapai
tanpa proses kerja yang bermutu. Proses kerja yang berkualitas tidak akan
timbul tanpa organisasi dikelola dengan baik. Organisasi akan sia-sia tanpa
kepemimpinan yang benar. Keempat pilar diatas akan sia-sia tanpa adanya
komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk meningkatkan kualitas.
MMTP akan
sukses diterapkan pada lembaga pendidikan jika manajer pendidikan melakukan SAL
(Seharusnya yang Anda Lakukan), yaitu :
1.
Pahami:
filosofi, visi, misi,aksi, kebutuhan pelanggan, dan keunikan karyawan
2.
Ciptakan:
proses yang efisien, budaya kerja yang kondusif, dan tim kerja yang solid
3.
Galakkan:
pencatatan data, usaha perbaikan, dan semangat kerja
4.
Kembangkan:
diri sendiri, bawahan, dan rekanan
5.
Dapatkan:
kesamaan persepsi, komitmen atasan, teman selevel, dan bawahan
6.
Terapkan:
gaya kepemimpinan partisipatif (STMB, 1999)
Sebaliknya,
Jangan Anda Lakukan (JAL) adalah:
1.
Berfikir
negative, berperilaku “bos”,
2. Statis
3. Resistensi
terhadap perubahan
4. Mengabaikan
pendapat/kritik
5. Beranggapan
hasil kerja adalah hasil anda sendiri
6. Sangat
subjektif
7. Tidak
adil
8. Tidak
jujur (STMB, 1999)
F.
Asesmen
Penerapan MMTP
Asesmen
penerapan merupakan bagian integral dari pengajaran dan pembelajaran. Ketika
penilaian terletak di dalam kelas, memiliki nilai yang paling cepat. Inilah
sebabnya mengapa penilaian tidak terlepas dari instruksi. Dengan penilaian yang
baik kita dapat meningkatkan pengajaran, dan dengan instruksi goog kita dapat
meningkatkan pencapaian semua siswa.
Penilaian
menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai, dan teknik penilaian tersebut dapat berupa tes tertulis, observasi,
praktek dan penugasan.
Menurut
Sallis (2003: 150), untuk mengasesmen penerapan MMTP dalam rangka menigkatkan
mutu pendidikan digunakan 10 indikator dengan bobot sebagai berikut:
1. Akses bobot 5%
2. Peleyanan pelanggan terutama peserta
didik 5%
3. Kepemimpinan 15%
4. Lingkungan fisik dan sumber daya
sarana prasarana 5%
5. Pembelajaran dan mengajar efektif
20%
6. Peserta didik 15%
7. Staf tata usaha 15%
8. Hubungan masyarakat 5%
9. Organisasi 5%
10. Standar 10%
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
dan Saran
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa MMTP
ditujukan untuk menciptakan sebuah lembaga pendidikan yang bermutu
sebagaimana yang diharapkan banyak orang atau masyarakat bukan hanya menjadi
tanggungjawab sekolah, tetapi merupakan tanggungjawab dari semua pihak termasuk
didalamnya orang tua dan dunia usaha sebagai customer internal dan eksternal
dari sebuah lembaga pendidikan. Arcaro S Jerome menyampaikan bahwa
terdapat lima karakteristik sekolah yang bermutu yaitu : 1) Fokus pada
pelanggan. 2) Keterlibatan total 3) Pengukuran 4) Komitmen 5) Perbaikan
berkelanjutan (2005:38).
Mutu produk
pendidikan akan dipengaruhi oleh sejauh mana lembaga mampu mengelola seluruh
potensi secara optimal mulai dari tenaga kependidikan, peserta didik, proses
pembelajaran, sarana pendidikan, keuangan dan termasuk hubungannya dengan
masyarakat. Pada kesempatan ini, lembaga pendidikan Islam harus mampu merubah
paradigma baru pendidikan yang berorientasi pada mutu semua aktifitas yang
berinteraksi didalamnya, seluruhnya mengarah pencapaian pada mutu.
Mempertahankan kepuasan pelanggan membuat organisasi
dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha / manajemen dalam MMTP harus diarahkan pada suatu tujuan
utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan manajemen tidak ada gunanya
bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.
Kerjasama tim
dalam menangani proyek perbaikan atau pengembangan mutu pendidikan dilakukan melalui pemberdayaan (empowerment)
pegawai dan kelompok kerjanya dengan pemberian tanggungjawab yang lebih besar.
Eksistensi kerjasama dalam sebuah lembaga pendidikan sebagai modal utama dalam
meraih mutu dan kepuasan stakeholders melalui proses perbaikan mutu secara
berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Husaini Usman,
M.Pd., M.T. 2010,Manajemen Teori,
Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Indriyo
Gitosudarmo dan agus muslyono,2009,Prinsi Dasar Manajemen,Yogyakarta:BPFE.
Tim
Dosen,2009,Manajemen Pendidikan,Bandung:Alfabeta
Sudarwan
Danim,2008,Visi Baru Manajemen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar