Sekolah, kata yang terasa tidak asing ditelinga. Betapa tidak,
darisinilah tempat dicetak manusia-manusia sukses, berhasil,
pintar,bermoral dan memiliki
keterampilan. Didalamnya ada berbagai system dengan perangkatnya yang rumit nan
sistematis yang aturan-aturan yang mengawal proses pendidikan. Sekolah adalah
rumah bagi jutaan anak bangsa, jutaan harapan dan jutaan kehidupan.
Kiranya ungkapan
diatas tidak berlebihan apabila kita melihat kondisi kekinian, dimana sekolah
telah menjadi sebuah kebutuhan utama dan sarana mutlak untuk memperoleh
pendidikan yang diakui di Negeri ini, bahkan diseluruh dunia. Sekolah dengan
inovasi dan berbagai ide cemerlang para cerdik pandai didalamnya terus
berkembang dan kian hari kian menggeliat kearah yang sesuai dengan visi-misinya.
Namun dari pandangan kasar diatas dapat diambil sebuah pandangan umum tentang konsepsi sekolah yang dinilai layak dimata khalayak. Sekolah biasanya dilihat dari sisi kelengkapan infrastruktur, kualitas SDM dan Standarisasi/Akreditasi yang disandang nya. Dan tentu saja out put yang dihasilkan.
Kiranya kita merasa cukup senang dengan pengambaran sekolah diatas,
secara jujur diakui itulah perangkat umum dan tujuan yang harus ada pada suatu
sekolah. Namun kadang tidak kritis dalam menilik proses yang ada didalamnya.
Hal ini terjadi pada para Guru, kepala Sekolah, Orang Tua Siswa bahkan oleh
masyarakat itu Sendiri, selaku pemegang tanggung jawab dalam hal pendidikan.
Untuk meluruskan pandangan yang berbelok tentang Sekolah, ada
baiknya kita membaca kembali sejarah klasik tentang sekolah. Kata Sekolah berasal
dari kata Skhole, Scola, Scolae, Schola yang memiliki arti (Waktu luang),
mengapa demikian ?
Pada hakikatnya sekolah dimasa lalu adalah tempat untuk menyisihkan
sebagian waktu untuk belajar pada para cerdik
pandai .Sekolah juga dikatakan sebagai Scola
Materna (Pengasuh sementara), dimana
patut disadari bahwa Sekolah adalah layaknya tempat penitipan sementara
untuk belajar, sebagaimana makna kata Alma
Matter (Ibu yang memberikan Ilmu). Berangkat dari definisi klasik diatas,
maka analisis nyata tentang kondisi sekolah jelas berbeda pada periode klasik
dan modern sekarang.
“Sekolah adalah sarana
untuk memanusiakan manusia”. Sekolah seharusnya bukan
menjadi wadah doktrinisasi zaman yang materialis/kapitalis akan tetapi harus
menjadi sarana untuk manusia mengenal dan membaca zamannya, tanpa ada
interpensi dan paksaan dalam berpikir dan bertindak. Sekolah bukan wadah
mencetak manusia yang dibutuhkan, akan tetapi manusia yang mampu memenuhi
kebutuhannya.
Sekolah adalah tempat dan ber-Ekspresi bagi manusia-manusia di
dalamnya. Sekolah adalah rumah bagi mereka yang msu membsntu sesama dengan ilmu
dan empati, dengan sabar dan ikhlas nya. Sekolah harus diyakini hanya sebagai
tempat singgah sementara waktu untuk
mengisi bekal dalam menjalani kehidupan. Jadikan sekolah sebagai tempat
terindah untuk singgah yang terindah dalam hidup ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar