Selasa, 15 Desember 2015

Makalah Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan

Belajar, Kampus, Mahasiswa, Makalah, Pendidikan, Pengertian,


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
       Pada era global dan otonomi daerah sekarang ini semua bidang, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk juga pendidikan dituntut untuk menigkatkan profesionalisme, mengingat tingkat persaingan antar negara dan antar daerah semakin kompetetif.
Pada sektor pendidikan, setiap penyelenggara pendidikan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya sehingga dapat mewujudkan manusia terdidik (educated human beings) yang mempunyai life skills yang berkualitas tinggi. Membentuk manusia yang terdidik bukanlah suatu hal mudah. Di sinilah diperlukannya kesinergian dari fungsi-fungsi manajemen yang ditata secara kreatif dan profesional.

B.     Identifikasi Masalah
1.      Menjelaskan tentang pengertian MMTP
2.      Menjelaskan tentang prinsif dan komponen MMTP
3.      Menjelaskan tentang langkah-langkah MMTP
4.      Menjelaskan tentang hambatan penerapan MMTP
5.      Menjelaskan tentang faktor sukses MMTP
6.      Menjelaskan tentang asesmen penerapan MMTP


C.    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian MMTP ?
2.      Apa prinsif dan komponen MMTP ?
3.      Bagaimana langkah-langkah MMTP ?
4.      Apa saja hambatan penerapan MMTP ?
5.      Apa saja faktor sukses MMTP ? .
6.      Bagaimana asesmen penerapan MMTP ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian MMTP
      Manajemen berasal dari kata “ to manage “ yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu, jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.        Manajemen Mutu Terpadu ( Total Quality Management) dalam kontek pendidikan merupakan sebuah filosofi metodologi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institutsi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan, saat ini  maupun masa yang akan datang. Sedangkan Santoso menyampaikan bahwa MMTP merupakan suatu sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. MMTP merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja, proses, dan lingkungan.
      Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam MMTP kepuasan pelanggan ditentukan oleh manajemen lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan memahmi proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha / manajemen dalam MMTP harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.

B.     Prinsip Dan Komponen MMTP
1.      Prinsip MMTP
            Menurut Hensler dan Brunell (dalam Sceuing dan Christopher, 1993) ada empat prinsip utama dalam Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, yaitu:
a.      Kepuasan pelanggan
Meskipun secara material semua lembaga pendidikan seharusnya merupakan suatu bentuk organisasi nonprofit, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa lambat laun pendidikan merupakan aktifitas yang juga berfungsi untuk memberikan pelayanan jasa. Sekolah harus memberikan pelayanan jasa sebaik-baiknya kepada pelanggannya. Pelanggan sekolah meliputi pelanggan internal dan eksternal. Yang termasuk pelanggan internal adalah siswa, guru, dan staf tata usaha. Sedangkan pelanggan eksternal yaitu orang tua siswa, pemerintah, dan masyarakat termasuk komite sekolah. Dalam arti lain, sekolah mempunyai pelanggan primer yakni siswa, pelanggan sekunder yang meliputi orang tua siswa, pendidik, dan pegawai administrasi, serta pelanggan tersier yaitu mereka yang akan memanfaatkan para lulusan atau produk lembaga pendidikan.
b.      Respek terhadap setiap orang
Dalam sekolah yang bermutu kelas dunia, setiap orang di sekolah dipandang memiliki potensi. Oleh Karena itu, setiap orang diperlakukan dengan baik dan diberikan kesempatan untuk berprestasi, berkarier, dan berprestasi dalam pengambilan keputusan.
c.       Manajemen berdasarkan fakta
Keputusan selalu berdasarkan fakta, bukan perasaan semata. Ada dua konsep yang berkaitan dengan hal ini: (1) prioritatisasi, yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. (2) variasi atau variabilitas kinerja manusia.
d.      Perbaikan terus-menerus
Setiap sekolah perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan.

2.      Komponen MMTP
            Adapun Komponen-komponen MMTP menurut Goetsch & Davis, 1994 meliputi 10 unsur utama yaitu :
a.      Fokus pada kepuasan pelanggan
     Dalam MMTP, baik pelanggan internal maupun eksternal merupakan pelanggan eksternal menentukan mutu lulusan, sedangkan pelanggan internal menentukan mutu, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan lulusan.

b.      Obsesi terhadap mutu
     Dalam organisasi yang menerapkan MMTP, pelanggan menentukan mutu. Dengan mutu tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi yang diinginkan pelanggan yang berarta bahwa semua karyawan berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya. Apabila suatu organisasi terobsesi dengan mutu maka berlaku prinsip good enough is never good enough.
c.       Pendekatan Ilmiah
     Pendekatan ini sangat diperlukan terutama untuk mendisain pekerjaan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikan data lapanan sangat diperlukan dalam menyusun patok duga, memnatau prestasi, dan melaksanakn pebaikan.
d.      Komitmen jangka panjang
     MMTP merupakan paradigma baru, untuk itu dibutuhkan budaya sekolah yang baru pula. Komitmen jangka panjang sangat dierlukan guna mengembangkan perubahan budaya agar penerapan MMTP dapat berjalan dengan baik.
e.       Kerja sama tim (teamwork)
     Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional sering tercipta persaingan antar guru. Akan tetapi, persaingan internal ini cendrung hanya menghabiskan energi saja, yang pada gilirannya tidak meningkatkan daya saing eksternal. Sebaliknya, organisasi MMTP menerapkan kerja sama tim, kemitraan dijaga dan dibina, baik antar warga sekolah maupun luar sekolah.
f.       Perbaikan sistem secara terus menerus
     Setiap produk memanfaatka proses tertentu dalam suatu system sehingga system yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar mutu dapat meningkat.
g.      Pendidikan dan pelatihan
     Dewasa ini banyak sekolah yang menutupa mata akan arti pentingnya pendidikan dan pelatihan. Mereka beranggapan bahwa sekolah bukanlah perusaan sehingga sekolah yang demikian ini hanya memberikan pelatihan sekedarnya untuk memnuhi persyaratan formal atau perintah atasannyansedangkan sekolah yang menerapkan MMTP, pendidikan da pelatihan merupakan faktornyan mendasar, dengan pendidikan dan pelatihan setiap guru dan staf tata usaha akan meningkatkan keterampilan teknisnya. Esensi dari diklat bagi guru adalah untuk menigkatkan keterampilan dan profesionalismenya.
h.      Kebebasan yang terkendali
     Keterlibatan dan pengawasan guru dn staf tata usaha dalam pengambilan keputusan pemecahan masalah sangat penting karena dapat menigkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat serta dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena kerlibatan dan pemberdayaan tesebut merupakan hasil pengendalian yang terencana. Pengendalian dilakukan terhadap metode pelaksanaan setiap proses, dalam hal ini karyawan yang melakukan standarisasi prosos dan mereka pula yang berusaha mencari cara untuk meyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti prosedur tersebut.
i.         Kesatuan tujuan
     Agar MMTP dapat diterapkan dengan baik maka sekolah harus memiliki kesatuan tujuan yang jelas. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti harus selalu ada persetujuan antara pihak sekolah dengan uru dan staf tata usaha mengenai upah dan kondisi kerja.
j.        Adanya keterlibatan dan pemberdayaan guru dan staf tata usaha.
     Keterlibatan guru dan staf tata usaha merupakan hal yang penting dala penerapan MMTP. Usaha dalam melibatkan mereka mempunyai manfaat:
1.      Dapat menghasilkan keputusan yang baik dan perbaikan yang lebih efektif karena mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak yang langsung brhubungan dengan situasi kerja
2.      Meningkatkan “rasa memiliki” dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang yang harus melaksanaka.

            Komponen-komponen dasar MMTP menurut Sashkin & Kiser (1993:24) antara lain: 1) perhitungan (counting), 2) pelanggan, 3) kultur. Perhitungan artinya menggunakan salah satu dari tujuan alat seperti yang telah diuraikan terdahulu.


C.    Langkah-Langkah MMTP
      Goetsch dan Davis (1997:584-589) memberikan klasifikasi fase implementasi yang lebih rinci dan sistematis. Fase implementasi MMTP dikelompokkan menjadi tiga fase yaitu :
1.  Fase Persiapan
Langkah A: Membentuk Total Quality Steering Committee
Langkah B: Membentuk Tim
     Langkah C: Pelatihan MMTP
     Langkah D: Menyusun Pernyataan Visi dan Prinsip sebagai Pedoman
Langkah E: Menyusun tujuan umum
Langkah F: Komunikasi dan Publikasi
Langkah G: Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
Langkah H: Identifikasi Pendukung dan Penolak
Langkah I: Memperkirakan Sikap Karyawan
     Langkah J: Mengukur Kepuasan Pelanggan
2.    Fase Perencanaan
Langkah K: Merencanakan pendekatan Impelementasi, kemudian menggunakan siklus PDCA (Plan, Do, Check and Adjust)
            Langkah L: Identifikasi Proyek
            Langkah M: komposisi Tim
            Langkah N: Pelatihan Tim
3.    Fase Pelaksanaan
Langkah P: Penggiatan Tim
      Langkah Q: Umpan Balik kepada Steering Committee
Langkah R: Umpan Balik dari Pelanggan
Langkah S: Umpan Balik dari karyawan
Langkah T: Memodifikasi Infrastruktur
Keberhasilan implementasi MMTP sangat dipengaruhi oleh fasilitas pendukungnya yaitu infrastruktur organisasi. Infrastruktur organisasi tersebut meliputi berikut ini:
§  Hubungan jangka panjang dengan pelanggan
§  Dukungan manajemen puncak
§  Manajemen tenaga kerja
§  Hubungan jangka panjang dengan pemasok.
§  Sikap kerja pekerja

D.    Hambatan Penerapan MMTP
      Tjiptono & Diana (1995) memberikan masalah-masalah yang menyebabkan MMTP tidak dapat diterapkan, yaitu karena usaha dilakaukan setengah hati dan kesalahan lainnya, meliputi:
1.      Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior
2.      Tim mania
3.      Proses penyebarluasan
4.      Pendekatan yang terbatas (sempit) dan dogmatis
5.      Harapan yang terlalu berlebihan (tidak realistis), dan pemberdayaan karyawan yang bersifat prematur.
Pendapat ini senada seperti yang diungkapkan Salazar (1994) yang menyatakan bahwa
kegagalan MMTP antara lain disebabkan:
1.      Pihak manajemen ingin seketika sukses dengan MMTP
2.      Hanya dengan belajar dan berlatih singkat dianggap pasti akan berhasil menerapkan MMTP.
     Banyak hambatan dalam MMTP misalnya merasa cemas dengan ketidak pastian menerapkan sesuatu yang masih baru. Guru dan staf tidak berbuat yang terbaik karena mereka tidak dilibatkan dan pendapt-pendapatnya tidak didengar.

E.     Faktor Sukses MMTP
      Dalam menerpakan MMTP digunakan delta untuk meningkatkan kualitas. sejalan dengan hal tersebut Dale (1994) memberikan perkembangan alat yang dimulai dari peningkatan kualitas kelompok, qmap, tujuh alat QC baru, desain eksperimen, lingkaran kualitas, penyebaran fungsi kualitas, & tujuh alat QC.
      Meskipun sudah terdapat 7 alat MMTP, namun Sashkin dan Kiser (1995) menambahkan teknik baru lainnya untuk meningkatkan kualitas yang disebut Total Production Maintenance (TPM). Di Jepang TPM ini disebut 5S atau R-5, yaitu Seiri (resik), seiton (rapi), Seiso (rawat), Seiketsu (ringkas), Shitsuke (rajin).
      Creech (1994) menyarankan agar memperkuat lima pilar yang menunjang MMTP. Kelima pilar tersebut adalah produk, proses, organisasi, kepemimpinan, dan komitmen.
Produk barang atau jasa merupakan mata rantai pencaharaian suatu organisasi. Produk yang berkualitas tidak akan tercapai tanpa proses kerja yang bermutu. Proses kerja yang berkualitas tidak akan timbul tanpa organisasi dikelola dengan baik. Organisasi akan sia-sia tanpa kepemimpinan yang benar. Keempat pilar diatas akan sia-sia tanpa adanya komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk meningkatkan kualitas.
      MMTP akan sukses diterapkan pada lembaga pendidikan jika manajer pendidikan melakukan SAL (Seharusnya yang Anda Lakukan), yaitu :
1.      Pahami: filosofi, visi, misi,aksi, kebutuhan pelanggan, dan keunikan karyawan
2.      Ciptakan: proses yang efisien, budaya kerja yang kondusif, dan tim kerja yang solid
3.      Galakkan: pencatatan data, usaha perbaikan, dan semangat kerja
4.      Kembangkan: diri sendiri, bawahan, dan rekanan
5.      Dapatkan: kesamaan persepsi, komitmen atasan, teman selevel, dan bawahan
6.      Terapkan: gaya kepemimpinan partisipatif (STMB, 1999)

Sebaliknya, Jangan Anda Lakukan (JAL) adalah:
1.      Berfikir negative, berperilaku “bos”,
2.      Statis
3.      Resistensi terhadap perubahan
4.      Mengabaikan pendapat/kritik
5.      Beranggapan hasil kerja adalah hasil anda sendiri
6.      Sangat subjektif
7.      Tidak adil
8.      Tidak jujur (STMB, 1999)

F.     Asesmen Penerapan MMTP
      Asesmen penerapan merupakan bagian integral dari pengajaran dan pembelajaran. Ketika penilaian terletak di dalam kelas, memiliki nilai yang paling cepat. Inilah sebabnya mengapa penilaian tidak terlepas dari instruksi. Dengan penilaian yang baik kita dapat meningkatkan pengajaran, dan dengan instruksi goog kita dapat meningkatkan pencapaian semua siswa.
      Penilaian menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai, dan teknik penilaian tersebut dapat berupa tes tertulis, observasi, praktek dan penugasan.
      Menurut Sallis (2003: 150), untuk mengasesmen penerapan MMTP dalam rangka menigkatkan mutu pendidikan digunakan 10 indikator dengan bobot sebagai berikut:
1.      Akses bobot 5%
2.      Peleyanan pelanggan terutama peserta didik 5%
3.      Kepemimpinan 15%
4.      Lingkungan fisik dan sumber daya sarana prasarana 5%
5.      Pembelajaran dan mengajar efektif 20%
6.      Peserta didik 15%
7.      Staf tata usaha 15%
8.      Hubungan masyarakat 5%
9.      Organisasi 5%
10.  Standar 10%
           



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan dan Saran
     Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa MMTP ditujukan untuk menciptakan sebuah lembaga pendidikan yang bermutu sebagaimana yang diharapkan banyak orang atau masyarakat bukan hanya menjadi tanggungjawab sekolah, tetapi merupakan tanggungjawab dari semua pihak termasuk didalamnya orang tua dan dunia usaha sebagai customer internal dan eksternal dari sebuah lembaga pendidikan. Arcaro S Jerome menyampaikan  bahwa terdapat lima karakteristik sekolah yang bermutu yaitu : 1) Fokus pada pelanggan. 2) Keterlibatan total 3) Pengukuran 4) Komitmen 5) Perbaikan berkelanjutan (2005:38).
     Mutu produk pendidikan akan dipengaruhi oleh sejauh mana lembaga mampu mengelola seluruh potensi secara optimal  mulai dari tenaga kependidikan, peserta didik, proses pembelajaran, sarana pendidikan, keuangan dan  termasuk hubungannya dengan masyarakat. Pada kesempatan ini, lembaga pendidikan Islam harus mampu merubah paradigma baru pendidikan yang berorientasi pada mutu semua aktifitas yang berinteraksi didalamnya, seluruhnya mengarah pencapaian pada mutu.
      Mempertahankan kepuasan pelanggan membuat organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha / manajemen dalam MMTP harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.
      Kerjasama tim dalam menangani proyek perbaikan atau pengembangan mutu pendidikan dilakukan melalui pemberdayaan (empowerment) pegawai dan kelompok kerjanya dengan pemberian tanggungjawab yang lebih besar. Eksistensi kerjasama dalam sebuah lembaga pendidikan sebagai modal utama dalam meraih mutu dan kepuasan stakeholders melalui proses perbaikan mutu secara berkesinambungan.
     



DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M.T. 2010,Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Indriyo Gitosudarmo dan agus muslyono,2009,Prinsi Dasar Manajemen,Yogyakarta:BPFE.
Tim Dosen,2009,Manajemen Pendidikan,Bandung:Alfabeta
Sudarwan Danim,2008,Visi Baru Manajemen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar