Selasa, 05 Januari 2016

Esensi Wanita Sesungguhnya tidak Selalu dari Fisik



Menikah merupakan sesuatu yang banyak mengubah hidup banyak wanita. Baik dari segi penampilan, tingkah laku maupun kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan wanita  sebelum ia melangkah ke jenjang pernikahan.

Apakah menjadi wanita seutuhnya harus melawati fase pernikahan terlebih dahulu. Apabila demikian, apakah jika seorang wanita belum melangsungkan pernikahan, ia dapat dikatakan belum menjadi wanita yang ideal. Mengapa menunggu menikah. Pertanyaannya, bagaimanakah wanita seutuhnya itu?

Apakah wanita yang memenangkan konteks kecantikan karena memiliki keunggulan pada indakator 3B yaitu beauty, brain dan behavior. Ataukah dia yang menjadi istri yang patuh kepada suaminya dan menjadi panutan bagi anak-anaknya. Baik menjadi wanita full time mother, carrier women atau seorang wanita yang mampu mnyeimbangkan domestic rumah tangga dengan urusan pekerjaan ataupun wanita yang dapat menjadi guru bagi pendidikan anak-anaknya.


Apapun pendapat, teori maupun pandangan tentang wanita seutuhnya. Bagi saya wanita seutuhnya yakni wanita yang berfisik wanita tanpa cacat. Memiliki anggota tubuh yang komplit tidak kurang, dan intinya yang membedakan wanita dengan laki-laki yakni memiliki rahim dan payudara (Upsz, maaf rada vulgar!), tidak memiliki kumis, janggut maupun jakun.

Kemudian, jika telah memiliki fisik seperti demikian, seorang wanita perlu akan femahaman mengenai fungsi dan tugasnya sesuai posisi dia saat itu dengan tidak menyalahi kodrat dia sebagai seorang wanita yang dimuliakan dalam Islam.

Bagi para wanita, yah termasuk saya. Kita telah terlahir menjadi seorang wanita. Yuu sama-sama kita fahami fungsi dan tugas kita saat ini. Entah sebagai mahasiswi, wanita karir atau apapun itu. Pantaskan diri kita agar diwanitakan oleh yang bukan wanita. Mulailah dari saat ini, dari yang kecil-kecil dan terus menerus. Menjadi wanita seutuhnya tak perlu menunggu menikah!

#ww

Tidak ada komentar:

Posting Komentar