BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peserta
didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan
menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan
yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Di dalam
pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau
sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek
pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam
memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini,
maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan
pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan. Dasar-dasar kebutuhan anak
untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya.
Masa remaja
merupakan masa mencari jati diri, dan berusaha melepaskan diri dari lingkungan
orang tua untuk menemukan jati dirinya maka masa remaja menjadi suatu
periode penting dalam pembentukan nilai, norma dan moral.
Faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan nilai, moral, dan sikap
individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan,
baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Kehidupan modern sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menghasilkan berbagai perubahan, pilihan dan kesempatan, tetapi mengandung
berbagai resiko akibat kompleksitas kehidupan yang ditimbulkan adalah munculnya
nilai-nilai modern yang tidak jelas dan membingungkan remaja, sehingga perlu
adanya penyesuaian diri pada remaja.
B. Rumusan
Masalah
1). Bagaimana perkembangan nilai
moral dan sikap anak usia remaja?
2). Bagaimana penyesuaian diri pada
remaja?
3). Bagaimana
pengenalan dan pengembangan bakat khusus anak usia remaja?
4). Apa
sajakah ciri-ciri perkembangan itu?
C. Tujuan Penulisan
1).
Untuk mengetahui perkembangan nilai moral dan sikap anak usia remaja.
2).
Untuk mengetahui dan memahami penyesuaian diri pada remaja.
3). Untuk
mengetahui pengenalan dan pengembangan bakat khusus anak usia remaja
4). Untuk mengetahui ciri-ciri
perkembangan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan dan Kematangan
1. Perkembangan
Perubahan
merupakan hal yang melekat pada pengertian perkembangan E.B Hurlock
(Istiwidayanti dan Soejarwo, 1991) mengemukakan bahwa perkembangan atau
development merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Hal ini termasuk perubahan
Kuantitatif dan Kualitatif. Perubahan kuantitatif disebut juga “pertumbuhan”
merupakan buah dari perubahan aspek fisik seperti penambahan berat, tinggi dan
proporsi badan seseorang. Perubahan Kualitatif meliputi perubahan aspek
psikofisik seperti peningkatan kemampuan berpikir, berbahasa, perubahan emosi
dan sikap.
Terjadinya
dinamika dalam perkembangan disebabkan adanya “kematangan dan pengalaman” yang
mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi/realisasi diri.
Kematangan merupakan faktor internal yang dibawa individu sejak lahir seperti
ciri khas, sifat, potensi dan bakat. Pengalaman merupakan intervensi Faktor
eksternal terutama lingkungan sosial budaya di sekitar individu. Kedua faktor
tersebut yaitu Kematangan dan Pengalaman ini secara simultan mepengaruhi
perkembangan seseorang.
Sebagai
contoh seorang anak yang memiliki bakat musik dan di dukung oleh pengalaman
dari lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan bakatnya seperti
menyediakan alat musik dan menberi les musik akan berkembang menjadi pemusik
yang handal. Perubahan progresif yang berlangsung terus menerus sepanjang hayat
memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana manusia hidup.
2. Kematangan
Kematangan
merupakan faktor internal (dari dalam) yang dibawa setiap individu sejak lahir,
seperti ciri khas, sifat, potensi dan bakat. Pengalaman merupakan intervensi
faktor eksternal (dari luar) terutama lingkungan sosial budaya di sekitar
individu. Kedua faktor (kematangan dan pengalaman) ini secara simultan
mempengaruhi perkembangan seseorang. Seorang anak yang memiliki bakat musik dan
didukung oleh pengalaman dalam lingkungan keluarga yang mendukung
pengembanganbakatnya seperti menyediakan dan memberi les musik, akan berkembang
menjadi seorang pemusik yang handal.
Perubahan
progresif yang berlangsung terus menerus sepanjang hayat memungkinkan manusia
menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana manusia hidup. Sikap manusia
terhadap perubahan berbeda-beda tergantung beberapa faktor, diantaranya
pengalaman pribadi, streotipe dan nilai-nilai budaya, perubahan peran, serta
penampilan dan perilaku seseorang.
B. Pengertian Belajar
Slameto (1995)
merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Winkel (1989)
mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang
yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga
menghasil-kan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi, belajar pada hakikatnya merupakan
salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan
perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang
diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya.
Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat terus-menerus, relatif
menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif. Belajar
pada abad 21, seperti yang dikemukakan Delors (Unesco, 1996), didasar-kan pada
konsep belajar sepanjang hayat (life long learning) dan belajar
bagaimana belajar (learning how to learn). Konsep ini bertumpu pada
empat pilar pembelajaran yaitu:
1. learning to know (belajar mengetahui)
Dengan
memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja
melalui kemampuan belajar bagaimana caranya belajar sehingga diperoleh
keuntungan dari peluang-peluang pendidikan sepanjang hayat yang tersedia.
2. learning to do (belajar berbuat)
Bukan hanya
untuk memperoleh suatu keterampilan kerja tetapi juga untuk mendapatkan
kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam kelompok dan berbagai kondisi sosial
yang informal
3. learning to be (belajar menjadi dirinya)
Dengan lebih
menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan terus menerus mengembangkan
kepribadiannya menjadi lebih baik dan mampu bertindak mandiri, dan membuat
pertimbangan berdasarkan tanggung jawab pribadi
4. learning to live together (belajar hidup bersama)
Dengan cara
mengembangkan pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama dan
bekerjasama dengan orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik
atau majemuk secara damai.
C. Peserta Didik
Peserta didik
dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan
sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar
di sekolah (Sinolungan, 1997). Departemen Pendidikan Nasional
(2003) menegaskan bahwa, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta
didik usia SD/MI adalah semua anak yang berada pada rentang usia 6-12/13 tahun.
Peserta didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pembelajaran. Yang perlu Anda pahami sebagai guru kelas SD
adalah pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didik sebagai suatu totalitas
atau kesatuan. Menurut Semiawan (1999), konsep peserta didik sebagai
suatu totalitas sekurangnya mengandung tiga pengertian.
Pertama, peserta didik adalah mahluk hidup
(organisme) yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat
dalam dirinya. Aspek fisik dan psikis tersebut terdapat dalam diri peserta
didik sebagai individu yang berarti tidak dapat dipisahkan antara suatu bagian
dengan bagian lainnya. Kedua, keseluruhan aspek fisik dan psikis
tersebut memiliki hubungan yang saling terjalin satu sama lain, jika salah satu
aspek mengalami gangguan misalnya sakit gigi (aspek fisik), maka emosinya juga
terganggu (rewel, cepat marah, dll.). Ketiga, peserta didik usia
SD/MI berbeda dari orang dewasa bukan sekedar secara fisik, tetapi juga secara
keseluruhan. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah manusia
yang dalam keseluruhan aspek dirinya berbeda dengan manusia dewasa.
Sinolungan (1997) mengemukakan bahwa manusia termasuk mahluk totalitas
" homo trieka " Ini berarti manusia termasuk peserta didik yg
merupakan:
1. Makhluk religius yang menerima dan mengakui kekuasaan Tuhan atas
dirinya dan alam lingkungan sekitarnya
2. Makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi
dan saling mempengaruhi agar berkembang sebagai manusia
3. Makhluk
individual yang
memiliki keunikan (ciri khas, kelebihan, kekurangan, sifat dan kepribadian,
dll), yang membedakannya dari individu lain. Jadi, dalam mempelajari dan
memperlakukan peserta didik, termasuk peserta didik usia SD/MI hendaknya
dilakukan secara utuh, tidak terpisah-pisah. Kita harus melihat mereka sebagai
suatu kesatuan yang unik, yang terkait satu dengan lainnya.
D.
Anak sebagai
Suatu Totalitas
Sebagai subjek studi psikologi perkembangan, konsep
anak sebagai totalitas mempunyai arti bahwa terdapat keterkaitan antara aspek
fisik dan psikis yang terdapat dalam dirinya dan secara terintegrasi saling
terjalin dan memberi dukungan fungsional satu sama lain. Sebagai contoh, anak
yang sedang sakit bisa tidak berselera makan; anak yang sedang ketakutan bisa
kesulitan untuk tidur; anak yang sedang semangat dan aktif melakukan sesuatu
akan menjadi aktif pula mentalnya. Segala aktivitas yang melibatkan fisik anak
selalu mempengaruhi psikis anak, begitu juga sebaliknya.
Perbedaan
antara anak dan orang dewasa tidaklah terbatas pada fisiknya, melainkan secara
keseluruhan. Sebagai contoh, pertumbuhan anak lebih pesat dibandingkan orang
dewasa. Anak cenderung lebih bersifat egosentrik ( sifat yang berpusat /
berstandar pada diri sendiri), sedangkan orang dewasa lebih bersikap sosial dan
empatik (menempatkan dirinya pada posisi orang lain dan ikut merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain). Daya pikir anak juga masih terbatas pada hal-hal
yang konkrit, sedangkan orang dewasa sudah mampu berfikir secara abstrak dan
universal.
E. Ciri-ciri
Perkembangan
Perkembangan
adalah perubahan yang progesif dan kontinyu (berkesimnambungan) dalam diri
individu mulai lahir sampai mati. Pengertian lainnya yaitu:
“perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progesif, dan
berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis”.
1.
Sistematis
adalah perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling ketergantungan atau
saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme (fisik dan psikis) dan
merupakan satu kesatuan yang harmonis.
2. Progesif : perubahan yang terjadi
bersifat maju, meningkat, dan mendalam baik secara kuantitatif (fisik) maupun
kualitatif (psikis).
3. Berkesinambungan: perubahan pada
bagian atau fungsi organisme berlangsung secara beraturan.
Secara umum, ciri-ciri perkembangan
dapat dirincikan yaitu sebagai berikut ini.
1. Terjadinya perubahan dalam aspek
fisik (perubahan berat badan dan organ-organ tubuh) dan aspek psikis (matangnya
kemampuan berpikir, mengingat, dan berkreasi).
2. Terjadinya perubahan dalam proporsi;
aspek fisik (proporsi tubuh anak beubah sesuai dengan fase perkembangannya) dan
aspek psikis (perubahan imajinasi dari fantasi ke realitas).
3. Lenyapnya tanda-tanda yang lam;
tanda-tanda fisik (lenyapnya kelenjar thymus (kelenjar anak-anak) seiring
bertambahnya usia) aspek psikis (lenyapnya gerak-gerik kanak-kanak dan perilaku
impulsif).
4. Diperolehnya tanda-tanda yang baru;
tanda-tanda fisik (pergantian gigi dan karakter seks pada usia remaja)
tanda-tanda psikis (berkembangnya rasa ingin tahu tentang pengetahuan, moral,
interaksi dengan lawan jenis).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Perkembangan merupakan perubahan individu
baik fisik maupun psikisnya dan berlangsung sepanjang hayat,
perubahan-perubahannya tidak hanya bersifat evolusi, tetapi juga bersifat
involusi (penurunan dan perusakan menuju kematian)
2. Anak sebagai suatu totalitas, maksudnya bahwa anak
sebagai suatu kesatuan dari seluruh aspek yang ada dalam dirinya. Keseluruhan
aspek yang ada dalam diri anak saling berkaitan. Secara keseluruhan anak
berbeda dengan orang dewasa.
B. Saran
Karena belum sempurnanya makalah ini, penulis menyarankan agar para pembaca
mencari sumber-sumber lain untuk menyempurnakan makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar